Tugu Pahlawan yang berada di Kampung Cigunung Tugu, Desa Pasawahan, Kecamatan Takokak, Kabupaten Cianjur menjadi saksi bisu kekejian Belanda pada 1947 di Indonesia

Buser.id – Hutan Takokak menjadi tempat khusus kaum kompeni untuk melakukan eksekusi para pejuang Merah Putih. Di dalam area tugu inilah berdiri 71 makam, tempat peristirahatan terakhir ratusan pejuang Tanah Air.

Sepi dan hening. Tak ada aktivitas berarti di areal makam seluas sekitar satu hektar itu.

Lokasi makam yang berada jauh dari pemukiman membuat hutan berbisik dengan banyaknya bunyi jangkrik meski di siang hari. Pohon yang tak banyak tumbuh namun relatif tinggi membuat angin terasa begitu kencang menyapa semua indra.

Di setiap sela jejeran makam, terdapat beberapa pohon rasamala yang tumbuh subur menjulang menghadap langit. Pohon yang disebut dalam bahasa latin sebagai Altingia Excelsa Noronha ini merupakan pohon khas yang berasal dari Tanah Pasundan.
Pohon-pohon inilah yang menjaga kesegaran udara sekaligus membuat kondisi makam-makam di Tugu Pahlawan tetap terasa asri dan sejuk.

Ada sembilan jejeran makam yang memenuhi Tugu Pahlawan. Pada jejeran pertama terdapat 12 makam sedangkan jejeran kedua tiga makam. Jejeran ketiga terdapat tujuh makam. 11 makam di jejeran keempat dan 10 makam di jejeran kelima.

Di jejeran keenam 11 makam, jejeran ketujuh ada tujuh makam. Sedangkan di jejeran kedelapan terdapat sembilan makam dan ada satu makam induk yang terpisah dari jajaran lainnya dengan ukuran lebih besar. .

Makam induk merupakan makam khusus karena makam ini berukuran lebih besar daripada makam yang lainnya yaitu sekitar 1×2 meter, sedangkan makam lainnya hanya seukuran 50 sentimeterx1 meter. Memang, ukurannya tak berbeda jauh dengan makam-makam yang ada saat ini. Namun, di dalamnya tidak ada jasad melainkan puluhan tulang belulang para pejuang yang gugur di tangan penjajah Belanda.

Semuanya berjumlah 71 makam. Puluhan makam itu berwarna putih. Tak ada nama dalam nisannya. Kondisinya sebagian sudah ada yang retak dan hampir rusak.

Tulang berulang yang ada pada makam itu ketika ditemukan tidak utuh seperti makam lainnya, ditemukan tidak dalam kondisi lengkap sehingga semua disatukan dalam makam induk. Puluhan makam itulah yang menjadi saksi tragedi yang tak pernah tertuang dalam catatan pemerintah Indonesia.

Semua makam itu merupakan makam para pahlawan korban kekejian Belanda selama berada di kaki Gunung Malang yang tepat berada di antara perbatasan Sukabumi dan Cianjur.

Ada empat lokasi yang menjadi tempat pengeksekusian para pejuang Tanah Air dan semua lokasi itu masih berada di kaki Gunung Malang yaitu Cimanglid, Pal Dua, Cagar Alam dan Jalan Lima.

Hingga kini, tak ada yang mengetahui jumlah pasti korban atas pembantaian di Takokak. Semua tulang belulang yang berhasil ditemukan di empat titik itu dipercaya hanya sebagian yang ditemukan. Sedangkan sebagian lagi dinilai sudah bersatu dengan alam di hutan.

“Dulu sebelum jadi kepala desa, saya sempat berdagang. Saat berdagang pernah menyaksikan ada beberapa truk tentara Belanda yang membawa beberapa orang yang saya duga para pejuang,” ujar Saksi Sejarah sekaligus mantan Kepala Desa Takokak, Andien Sobandi.

Lokasi Tugu Pahlawan yang berada di Desa Pasawahan saat ini, merupakan desa pemekaran dari Desa Takokak. Sambil mata menengadah ke langit mengingat peristiwa lalu, Andien bercerita bahwa kekejaman Belanda sama sekali tak manusiawi.

Para pejuang yang melintas tepat di depan matanya berjalan lambat sambil tertunduk. Pejuang diturunkan dari truk dengan kepala ditutup karung itu diturunkan di perkebunan teh. Di sejumlah perkebunan teh itulah terjadi penembakan massal yang merenggut nyawa para patriot bangsa. Pembunuhan itu tak hanya terjadi sekali dua kali, melainkan kerap kali dilakukan.

Takokak menjadi lokasi khusus pembunuhan sejumlah pejuang Indonesia pada zaman itu. Kondisi perkebunan teh dan sedikit penduduk membuat Belanda memilih Takokak menjadi tempat eksekusi.

Panik dan tak bisa berpikir lebih jauh, Andien berlari menuju rumah untuk melaporkan atas kejadian yang dilihatnya kepada kakaknya yang merupakan salah satu pejuang pada saat itu. Andien menambahkan, para pejuang yang menjadi korban pembantaian bukanlah berasal dari Takokak.

“Kebanyakan berasal dari Kadupandak, Cianjur dan Sagaranten, Sukabumi. Mereka ditawan di markas Belanda di Nyalindung hingga akhirnya dibawa ke Gunung Malang tepatnya di Puncak Bungah untuk dieksekusi,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca.(Hendra)

Pos terkait